Rabu, 21 Februari 2018

Bau Harum Bunga Anggrek Ekor Tupai

Bunga anggrek ekor tupai atau atau bahasa latinnya di sebut dengan Anggrek Rhynchostylis Gigantea .

bunga anggrek , anggrek ekor tupai,cara perawatan, cara tanam ,
Bunga anggrek ekor tupai 

Merupakan jenis bunga anggrek yang kuntum bunga menyerupai dengan ekor tupai yang memanjang serta mekar memenuhi seluruh tangkai bunga , kuntum bunga anggrek ekor tupai  yang mungil dan mempunyai warna yang cerah.  

Tangkai bunga yang menjulur atau menjuntai kebawah yang panjang yang penuh dengan gemerlap kuntum bunga , kuntum bunga yang mekar dari ujung pangkal batang hingga pucuk tangkai. Tangkai bunga anggrek ekor tupai bisa mencapai panjang sekitar 40 cm.
Daya tarik yang memikat terhadap bunga anggrek ekor tupai di samping bunga yang indah serta mempunyai bau yang harum. Bunga anggrek ekor tupai banyak di buru oleh para pecinta bunga anggrek, guna melengkapi koleksi bunga anggrek.
Bunga anggrek ekor tupai sepintas seperti bunga anggrek vanda, dari sisi daun mempunyai kesamaan meskipun bunga anggrek tupai lebih kecil dari pada bunga anggrek vanda, tetapi mempunyai perbedaan yang sangat mencolok dari sesi bunga dan cara bunga mulai mekar.
Bila bunga anggrek ekor tupai akan mekar mulai dari ujung atas lalu kebawah menuju pangkal batang.

Daya tariknya lagi bunga anggrek ekor tupai bisa mengeluarkan tangkai bunga antara 1-3 tangkai bunga dalam satu batang dan bisa mekar tiga tangkai secara bersama sama.
Untuk cara tanam bunga anggrek ekor tupai bisa di tanam tanpa media seperti bunga anggrek vanda atau dengan media seperti bunga anggrek yang lain.
Perawatan bunga anggrek ekor tupai agar tumbuh subur dan cepat mengeluarkan bunga adalah dengan pemupukan dua kali perminggu dan bila musiim kemarau lakukan penyiraman dua kali per minggu. Bunga anggrek ekor tupai tidak tahan terhadap sinar mata hari langsung , maka tempatkan bunga anggrek ekor tupai pada lokasi yang teduh.


SOP Penanggulangan Malaria



1.  Pengertian
Penanggulangan malaria adalah langkah-langkah untuk memberikan pengobatan pada penderita positif malaria maupun sebagai bahan sistem kewaspadaan dini KLB malaria.bila ada Kriteria : kenaikan kasus malaria di desa 2x lebih banyak ,kematian dengan gejala malaria, keresahan malaria dengan adanya peningkatan kasus dengan gejala seperti malaria.
2.  Tujuan
Memberikan pengobatan pada penderita positif malaria dan tersangka dengan gejala panas,memeriksa sediaan darah bagi pendatang dari Eksodan ,endemis malaria untuk memutus mata ranti penularan malaria
3.  Kebijakan
SK Kepala UPT Puskesmas.......... Nomor 004/2017 tentang Pelayanan Klinis




4.  Referensi
Buku Pedoman Pe
natalaksanaan Kasus Malaria, Dirjen P2LP Depkes RI th 2010
5.  Prosedur
a.  Petugas menganalisa hasil SKD malaria
b.  Memperhatikan hasil laboratorium positif malaria
c.  Jika MOPI meningkat/jumlah penderita malaria 2x bulan lalu/melebihi jumlah kasus median
d.  Petugas melihat apakah ada kematian /keresahan masyarakat karena malaria
e.  Bila tidak ada kematian pengobatan Mass Fever Survay/pengambilan sediaan darah masal pada penderita dengan gejala panas
f.   Bila ada kematian,maka konfirmasi KLB dengan MBS/Mass Blood Survey/pengambilan sediaan darah pada semua warga pada satu kesatuan wilayah epidemiologis, dan dilakukan autopi verbal pada kematian.
g.  Lihat  hasil PR/Parasites rate >20%/PF  rate >60% ?
h.  Bila tidak beri pengobatan pada bagi yang belum diobati/MFT
i.   Bila ya pada bayi/bumil berarti ada indikasi penularan
j.   Lakukan pengobatan masal /MDA dan penyemprotan dalam rumah dengan cakupan lebih dari 90%(MDA & IRS)
k.  Lakukan MFS setiap 2 minggu
l.   Lakukan point j & k sampai IRS selesai
6.  Bagan Alir





Keterangan :
a.    MOPI    : Monthly parasites Insidence ( Jml penderita malria
              dalam I bln dibagi jumlah penduduk x1000)
b.    SKD      : System Kewaspadaan Dini
c.    MDA     : Mass Drug Administrasion ( Pengobatan Masal
              dengan cakupan minimal 90 % obat diminum )
d.    MFT      : Mass Fever Treatment ( pengobatan pada semua
               penderita dengan gejala panas )
e.    MFS      : Mass Fever Survey ( pengambilan sedian darah pada
               semua penderita gejala panas )
f.     MBS      : Mass Blood Survay (pengambilan sediaan darah
               massal pada semua warga dengan cakupan minimal
               90%)
g.    IRS        : Indoor Residual Spraying  ( penyemprotan dalam
               rumah  dengan cakupan 90% )
h.   PR         : Parasite Rate ( Proporsi SD Positif dari SD yang
               diperiksa )
7.  Unit Terkait
Penanggung jawab upaya
Pelaksana upaya kegiatan



8.  Dokumen Terkait



Senin, 19 Februari 2018

SOP Penanganan Malaria

SOP Penanganan Malaria


1.  Pengertian
Merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebabkan oleh parasit Plasmodium  yang  menyeran eritrosi da ditanda dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan pembesaran limpa
2.  Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan Penyakit Malaria
3.  Kebijakan
SK Kepala Puskesmas Banyuasin Nomor 004/2017 tentang Pelayanan Klinis



4.  Referensi
Permenkes RI nomor 5 tahun 2014, Kemenkes RI.
5.  prosedur/ Langkah- langkah

Uraian Kegiatan
perawat
dokter
penunjang
1. Lakukan Anamnesa
Demam hilang timbul, pada saat demam hilang disertai dengan menggigil, berkeringat, dapat disertai dengan sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nafsu makan menurun, sakit perut, mual muntah, dan diare.
Faktor resiko :
a.    Riwayat menderita malaria sebelumnya.
b.   Tinggal di daerah yang endemis malaria.
c.    Pernah berkunjung 1-4 minggu di daerah endemic malaria.
d.   Riwayat mendapat transfusi darah




2. Lakukan Pemeriksaan Fisik
a.    Pada periode demam:
Kulit terlihat memerah, teraba panas, suhu tubuh meningkat dapat sampai di atas 400C dan kulit kering, Pasien dapat terlihat pucat, Nadi teraba cepat.
b.   Pada periode dingin dan berkeringat
Kulit teraba dingin dan berkeringat,Nadi teraba cepat dan lemah,Pada kondisi tertentu bisa ditemukan penurunan kesadaran
Kepala    :   Konjungtiva anemis, sklera ikterik, bibir sianosis, dan pada malaria serebral dapat ditemukan kaku kuduk.
Toraks   :  Terlihat pernapasan cepat.
Abdomen  :  Teraba pembesaran hepar dan limpa, dapat juga ditemukan asites.
Ginjal          :  bisa ditemukan urin berwarna coklat kehitaman, oligouri atau anuria.
Ekstermitas :  akral teraba dingin merupakan tanda-tanda menuju syok.


3. Lakukan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan   hapusan   darah   tebal   dan   tipis   ditemukan   parasit Plasmodium; atau Menggunakan Rapid Diagnostic Test untuk malaria (RDT).



4. Dilakukan Penegakan Diagnosis
a.      Diagnosis Klinis  ditegakkan berdasarkan anamnesis (Trias Malaria: panas –menggigil– berkeringat), pemeriksaan fisik, dan ditemukannya parasit plasmodium pada pemeriksaan mikroskopis hapusan darah tebal/tipis.
a.      Diagnosis Banding:  Demam Dengue, Demam Tifoid, Leptospirosis,  Infeksi virus akut lainnya




5. Lakukan Rencana Penatalaksanaan   Komprehensif

a. Pengobatan malaria falsiparum
Lini pertama: dengan Fixed Dose Combination = FDC yang terdiri dari Dihydroartemisinin (DHA) + Piperakuin (DHP) tiap tablet mengandung 40 mg Dihydroartemisinin dan 320 mg  Piperakuin. Untuk dewasa dengan Berat Badan (BB) sampai dengan 59 kg  diberikan DHP peroral 3 tablet satu kali per hari   selama 3 hari dan Primakuin 2 tablet  sekali  sehari  satu  kali  pemberian,  sedang  untuk  BB  >.60  kgdiberikan 4 tablet DHP satu kali sehari selama 3 hari dan Primaquin 3 tablet sekali sehari satu kali pemberian.Dosis DHA = 2-4 mg/kgBB (dosis tunggal), Piperakuin = 16-32 mg/kgBB (dosis tunggal), Primakuin = 0,75 mg/kgBB (dosis tunggal).Pengobatan  malaria  falsiparum  yang  tidak  respon  terhadap  pengobatan DHP. Lini kedua: Kina + Doksisiklin/ Tetrasiklin + Primakuin. Dosis kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/ hari selama 7 hari), Doksisiklin = 3,5 mg/kgBB per hari   ( dewasa,  2x/hr  selama7  hari) ,  2,2  mg/kgBB/hari  ( 8-14  tahun,2x/hr selama7 hari),  T etrasiklin = 4-5 mg/kgBB/kali (4x/hr selama 7 hari).
b. Pengobatan malaria vivax dan ovale
Lini pertama: Dihydroartemisinin (DHA) + Piperakuin (DHP), diberikan peroral satu kali per hari  selama 3 hari,p ri m ak u in = 0 ,2 5 mg/kgBB/hari (selama 14 hari). Pengobatan malaria vivax yang tidak respon terhadap pengobatan DHP. Lini kedua: Kina + Primakuin. Dosis kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/hr selama 7 hari), Primakuin = 0,25 mg/kgBB (selama 14 hari). Pengobatan malaria vivax yang relaps (kambuh):
1. Diberikan   lagi   regimen   DHP   yang   sama   tetapi   dosis   primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
2.Dugaan relaps pada malaria vivax adalah apabila pemberian Primakiun dosis 0,25 mg/kg BB/hr sudah diminum selama 14 hari dan penderita sakit  kembali  dengan  parasit  positif  dalam  kurun  waktu  3  minggu sampai 3 bulan setelah pengobatan.
c. Pengobatan malaria malariae
Cukup diberikan DHP 1 kali perhari selama 3 hari dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan Primakuin.
d. Pengobatan infeksi campuran antara malaria falsiparum dengan malaria vivax/malaria ovale dengan DHP. Pada penderita dengan infeksi campuran diberikan DHP 1 kali per hariselama 3 hari, serta DHP 1 kali per hari selama 3 hari serta Primakuin dosis 0,25 mg/kgBB selama 14 hari.
e. Pengobatan malaria pada ibu hamil
1. Trimester pertama diberikan Kina tablet 3x 10mg/ kg BB + Klindamycin, 10mg/kgBB selama 7 hari.
2. Trimester kedua dan ketiga diberikan DHP tablet selama 3 hari.







6. Pencatatan dokumentasi dalam rekaman medis





6.  Unit terkait
RAWAT JALAN, UGD, RAWAT INAP, PROGRAMER MALARIA, LABORATORIUM


7.  Rekaman History Perubahan


No

Yang diubah

Isi Perubahan
Tanggal mulai diberlakukan