Jumat, 27 April 2018

Kerangka Acuan Surveilans Tuberkulosis ( TB )




Kerangka Acuan 
Surveilans Tuberkulosis ( TB )




A.Pendahuluan
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, yang sumber penularannya melalui percik renik dahak yang dikeluarkan oleh penderita TB ketika batuk/bersin.Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, BTA negatif dengan kultur positif 26%, sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto toraks positif adalah 17%. Tanda dan gejala penyakit ini berupa batuk berdahak secara terus menerus lebih dari 2 minggu, dapat disertai dengan badan lemah, tidak nafsu makan, BB menurun, keluar keringat dingin pada malam hari serta kadang disertai dengan sesak dan demam.

Tuberkulosis sampai saat ini masih merupakan permasalahan kesehatan di masyarakat, bukan hanya karena TB adalah penyakit menular, namun ada hubungan TB dengan penyakit tidak menular lainnya seperti pada Diabetes Melitus,Penyakit akibat rokok,alkohol,pengguna narkoba dan malnutrisi. TB sebagian besar menyerang pada usia produktif dan masyarakat dengan sosial ekonomi yang kurang. TB menjadi penyebab tersering untuk kesakitan dan kematian pada ODHA, TB sering dihubungkan dengan kemiskinan, lingkungan yang kumuh,padat dan terbatasnya akses untuk perilaku hidup bersih dan sehat. Wanita dan anak – anak juga rentan tertular TB.

Sebanyak 1/3 kasus TB masih belum terakses atau dilaporkan. Bahkan sebagian besar kasus TB terlambat ditemukan sehingga saat diagnosa ditegakkan mereka sudah dalam tahap lanjut bahkan kuman telah resisten obat sehingga penyembuhan menjadi sulit. Keterlambatan pengobatan ini bermakna karena menunjukkan lebih banyak lagi penduduk yang sudah terpapar TB. Kesadaran masyarakat untuk mencari pengobatan secara dini sangatlah penting.




B.Latar belakang
Upaya pengendalian Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak sebelum kemerdekaan. Perjalanan waktu membuktikan bahwa upaya pengendalian TB telah memberikan hasil yang bermakna sampai dengan saat ini, namun perlu diwaspadai karena masih ada beberapa tantangan utama yang harus dihadapi salah satunya masih banyaknya kasus TB yang “hilang” atau tidak terlaporkan ke program.Pada tahun 2012 diperkirakan ada sekitar 130.000 kasus TB yang diperkirakan ada tetapi belum terlaporkan.

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah :
1.Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat,seperti pada negara-negara yang sedang berkembang
2.Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan disparitas yang terlalu lebar,sehingga masyarakat masih mengalami masalah dengan kondisi sanitasi, papan,sandang dan pangan yang buruk
3.Beban determinan sosial yang masih berat seperti angka pengangguran, tingkat pendidikan yang pendapatan perkapitanya masih rendah yang berakibat pada kerentanan masyarakat terhadap TB
4.Kegagalan program TB, yang diakibatkan oleh :
> Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan
> Tidak memadainya organisasi pelayanan Tb
> Tidak memadainya tatalaksana kasus
> Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG
> Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis ekonomi
> Belum adanya sistem jaminan kesehatan yang bisa mencakup masyarakat luas secara merata.
5.Besarnya masalah kesehatan lain yang bisa mempengaruhi tetap tingginya beban TB seperti gizi buruk,merokok, diabetes.
6.Pandemi HIV/AIDS di dunia akan menambah permasalahan TB, koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan resiko kejadian TB secara signifikan
7.Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB ( multidrug resistance/MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan.keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani.



WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam pengendalian TB sejak tahun 1995 yang dinilai secara ekonomis sangat efektif (cost-effective), integrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan demi efisiensi dan efektifitasnya. Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci,yaitu :
1,Komitmen Politis,dengan peningkatan dan kesinambungan pendanaan
2.Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya
3.Pengobatan yang berstandar,dengan supervisi dan dukungan bagi pasien
4.Sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif
5.Sistem monitoring,pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program.
Dengan semakin berkembangnya tantangan yang dihadapi,pada tahun 2005 strategi DOTS diperluas menjadi “Strategi Stop TB” , yaitu :
1.Mencapai,mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS
2.Merespon masalah TB-HIV,MDR-TB dan tantangan lainnya
3.Berkontribusi dalam pengitan sistem kesehatan
4.Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta
5.Memberdayakan pasien dan masyarakat
6.Melaksanakan dan mengembangkan penelitian.
Pada sidang WHA ke 67 tahun 2014 ditetapkan resolusi mengenai strategi pengendalian TB global pasca 2015 yang bertujuan untuk menghentikan epidemi global TB pada tahun 2035 yang ditandai dengan:
1.Penurunan angka kematian akibat TB sebesar 95% dari angka tahun 2015
            2.Penurunan angka insidensi TB sebesar 90% (menjadi 10/100.000 penduduk)
Strategi tersebut dituangkan dalam 3 pilar utama,yaitu
1. Integrasi layanan TB berpusat pada pasien dan upaya pencegahan  TB
                2. Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas
                 3. Intensifikasi riset dan inovasi
Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit akan sangat efektif bila dapat dukungan oleh sistem surveilans yang efektif, karena fungsi sistem surveilans yang utama adalah menyediakan informasi epidemiologi yang peka terhadap perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian penyakit. Selanjutnya hasil surveilans dapat digunakan dalam menentukan prioritas,kebijakan,perencanaan,serta prediksi dan deteksi dini kejadian luar biasa. Surveilans juga digunakan untuk monitoring,evaluasi dan peningkatan program.
Surveilans TB merupakan suatu kegiatan pengamatan terus menerus dan sistematis dalam mengumpulkan, mengolah,memganalisis, dan menginterpretasikan data program TB untuk mengetahui capaian penemuan kasus baru penderita TB BTA positif dan hasil pengobatan penderita TB.




C.Tujuan umum dan tujuan khusus
Tujuan Umum :
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan penularan TB dengan memutus rantai penularan sehingga penyakit TB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Tujuan Khusus :
a.Meningkatkan penemuan kasus TB BTA positif yang ada di wilayah kerja
b.Menyembuhkan minimal 85% penderita baru TB BTA positif yang ditemukan
c. Tercapainya cakupan penemuan penderita hingga 70% dari semua penderita TB
d. Menjamin ketersediaan data yang valid dan up to date
e. Mencegah timbulnya resistensi obat TB di masyarakat
e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya penemuan kasus TB yang ada     di masyarakat.

D.Cara melaksanakan kegiatan
Kegiatan surveilans TB di Puskesmas meliputi :
a.Pengumpulan dan validasi data
b.Pelacakan contac tracing
c.Pengolahan data dan Pembuatan laporan
d.Pengiriman laporan
e.Pertemuan analisis data surveilans
f.Peningkatan jejaring kerja dengan melibatkan lintas program,lintas sektor dan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait
g.Peningkatan peran serta masyarakat  dalam upaya penemuan kasus TB di masyarakat

Cara pelaksanaa surveilans TB :
1.      Pengumpulan data dan Validasi data
Kelengkapan data yang akurat dan lengkap, sumber informasi dapat diperoleh dari petugas BP, data simpus, form TB 04,form TB 05, dan form TB 06. Kemudian pengelola program TB menulis data lengkap penderita ke dalam form TB 01.
2.      Pelacakan contac tracing
Kunjungan rumah dan wawancara dengan orang – orang yang kontak erat dengan penderita serta pengambilan spesimen dahak untuk pemeriksaan SPS guna mendeteksi penularan di sekitar penderita. Petugas membawa surat tugas dari Kepala Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan ini.
3.      Pengolahan data dan Pembuatan laporan
Data lengkap dari form TB 01 di rekap ke dalam form TB 03, kemudian semua data di entry ke dalam Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu ( SITT )
4.      Pengiriman laporan
Laporan hasil rekapan dan up load data SITT dari puskesmas di kirim ke Dinas Kesehatan setiap tiga bulan sekali ( triwulan )
.                  5.   Pertemuan analisis data Surveilans
Dinas Kesehatan bersama dengan Puskesmas melakukan analisa hasil laporan.




A.Sasaran
Penderita TB paru BTA positif, TB paru klinis, TB ekstra paru, dan TB anak.


B.Skedul (Jadwal) pelaksanaan kegiatan
        
No
Kegiatan
Waktu
Penanggung jawab
Ket
1
Pengumpulan data dan validasi data
Setiap kali ada penemuan kasus
Pengelola Prog.P2TB Puskesmas

2
Pelacakan contac tracing
Setiap kali ada penemuan kasus
Pengelola Prog.P2TB Puskesmas

3
Pengolahan data dan Pembuatan laporan
Setiap kali ada penemuan kasus
Pengelola Prog.P2TB Puskesmas

4
Pengiriman laporan
Jan, April, Juli,Okt
Pengelola Prog.P2TB Puskesmas

5
Pertemuan analisis data surveilans
Jan - Des
Sie. P2TB DKK






C.Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun negatif pelaksanaan program berdasarkan indikator cakupan.Melalui kegiatan surveilans, dilakukan analisis secara sistematis dan terus menerus secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada masyarakat, lintas program, lintas sektor terkait, dan pemangku wilayah untuk dilakukan intervensi dalam rangka pencegahan dan pengendalian penyakit TB.

D.Pencatatan, Pelaporan dan evaluasi kegiatan
Pencatatan dan pelaporan data penderita dan pengobatan serta kesembuhan dilakukan secara manual dan juga menggunakan Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu ( SITT) oleh Petugas pengelola program P2TB Puskesmas.Hasil pencatatan ini dianalisis untuk digunakan dalam evaluasi capaian progam, sekaligus melaporkan ke instansi terkait secara berjenjang.